Kebutuhan utk sebuah pengakuan

Pasti pernah membeli produk-produk di supermarket atau pasar dengan logo TOP BRAND di kemasannya. Mau tanya dong, pernah ga memikirkan bahwa logo itu suatu hal yang penting? 
Saya sebagai customer memang tidak pernah peduli akan hal itu, kecuali ada kebutuhan akan hal baru. Contohnya, saya membutuhkan minyak kayu putih dan tidak pernah membeli barang itu sama sekali. Pastinya saat saya pergi ke supermarket dan memilih minyak kayu putih diantara puluhan merk yang ntah saya tau-atau-tidak, saya akan memilih membeli merk yang memang sudah ada pengakuan/ sertifikasi seperti logo TOP BRAND. 
Tapi kenyataannya, seberapa banyak kebutuhan yang saya tidak tahu dan membutuhkan referensi seperti logo TOP BRAND.

Saat ini saya ingin sedikit menceritakan mengenai logo yang sedikit mengganggu saya akhir-akhir ini. Mengapa saya katakan mengganggu? Karena marketingnya terus menghubungi untuk menanyakan konfirmasi penawaran yang diberikan beberapa saat lalu kepada saya. 
Singkat cerita, logo ini akan memberikan suatu penghargaan akan suatu kategori kepada perusahaan tempat saya bernaung dalam waktu dekat. Penghargaan ini diberikan karena menurut survey yang diberikan top of mind/ brand awareness kami naik hampir sekitar 8% dari hasil tahun lalu. Good news bukan? Penghargaan bagus dari institusi yang bagus juga.
Tetapi yang saya baru tau (yah, saya baru mengerti.. jadi ga usah dikritisi kalau memang saya baru mengerti hal ini..) adalah penghargaan ini akan diberikan apabila perusahaan kami memberikan sponsor pada malam final penghargaan tsb. Dimana jika tidak ada sponsor maka penghargaan tidak akan diberikan dan tidak boleh menggunakan logo tsb selama periode satu tahun (atau sampai penawaran selanjutnya diberikan).

Hal ini sedikit lucu dan tambahan pengetahuan sih ke saya mengenai permainan yang diberikan suatu institusi yang memegang license penghargaan di indonesia, dan mungkin juga di dunia. Bahwa kenyataannya uang yang akan menentukan segalanya.
Contoh paling gampang, siapa yang ga tau kalau MURI itu penghargaan berbayar. Dulu saya memang ga tau, dan saya selalu amaze dengan orang/ institusi/ produk yang mendapatkan penghargaan dari museum rekor indonesia. Tetapi setelah lama bekerja saya baru mengerti that it's just a paper-of-shit. Kalo saya mau, saya bisa ko masuk MURI. Mungkin saya bisa ditabiskan menjadi orang Indonesia pertama yang bisa mencukur bulu kaki dengan mata terpejam.. asal mampu membayar ratusan juta plus akomodasi kedatangan orang MURI ke tempat undangan, saya pasti bisa dijadikan orang pertama dari segala hal. Tapi ingat, asal punya uang. Dan ini berlaku juga untuk logo pengakuan yang sudah saya sebutkan diatas tadi. 

Ada satu hal yang unik dan juga tricky yang menurut saya pintar-tapi-sialan karena mereka lakuin. 
Kadang sebagai brand, kita ogah-ogah-mau akan penghargaan ini. Sudah di survey secara gratis dan dikasih pengakuan, masa sih ga diambil. Toh brand awareness kita makin naik dengan logo tsb dan APALAGI kompetitor juga tidak mendapat penghargaan. 
Eits, tunggu dulu.. kata siapa ga dapat. Ternyata kalau kita mau lebih teliti dan tanya sana sini, kompetitor juga sama mendapat penawaran dari logo ini. Tapi mereka akan menggunakan gaya bahasa yang berbeda dengan maksud yang sama. Katakanlah brand saya bergerak dalam dunia fitness, maka award yang akan diberikan kepada mereka untuk bidang olahraga. Sama ajakan, cuma bahasa yang diubah-ubah dikit. Dan yang lebih pintarnya lagi, malam penganugerahan akan dibuat di hari yang berbeda sehingga pada satu malam setiap brand yang mendapat penghargaan tidak akan bertemu dengan kompetitornya (Seakan-akan mereka tidak menang). Wuih, pinter yah.. ini cara yang mudah banget loh buat dapetin uang.

Sebenarnya dalam hal ini, siapa sih sih yang mau kita tipu? Customer?? Sori yah, tapi customer sekarang sudah cukup pintar dan loyal akan produk yang mereka sukai. Lagian kalau kita mau jujur, brand ternama apa sih yang masih butuh pengakuan logo tsb. Justru karena brand itu menyadari bahwa mereka di posisi nomer 2 dan selanjutnya, maka mereka butuh brain wash customer dalam produk mereka dengan mengatakan,"HEI.. SAYA YANG NOMER SATU LOH!". 
Jadi bisa dikatakan brand yang masih berusaha mendapat pengakuan adalah brand yang belum diakui oleh masyarakat dan customernya. 

Sedih sih kalau niatnya kita mau sedikit menipu customer tapi sebenarnya kita yang tertipu oleh instansi yang menjual jasa pengakuan seperti itu. Dan yang lebih menyedihkan kalau kamu tidak bisa memberikan pendapat ke bos kamu dan terpaksa menjalankan seperti yang mereka minta. Well, your will is my command bos. Mari kita lanjutkan tawar menawar agar logo tsb menempel di brand kita selama satu tahun ke depan. Yasudahlah.

[Demikian disampaikan. Mohon maaf jika menyinggung satu-dua-tiga-pihak, hanya ingin berbagi dan mengeluarkan pendapat pribadi. Terima makanan.]

Monalisa P. S
03/07/2014

p.s : Tulisan ini diambil dari Fb pribadi saya, yg sumbernya dapat dilihat pada: https://www.facebook.com/notes/monalisa-siregar/kebutuhan-utk-sebuah-pengakuan/10152107453447805

Comments