12.48
Sebut saja dia Nadia. Gadis manis pujaan hati hampir sebagian besar pria di Yogyakarta. Semua yang diinginkan pria ada di dirinya. Terlalu manis, terlalu sempurna, dan terlalu powerfull untuk hanya menjadi wanita desa.
Keinginannya cukup besar untuk datang ke Jakarta, menaklukan ibukota menjadi impiannya dari kecil. Dia yakin bisa sukses mencapai mimpinya, karena itu saat ada kesempatan ia memilih meninggalkan masa-masa kuliah dan merantau ke Jakarta. Modeling adalah awal karirnya, yang kemudian merambah MC dan beberapa sinetron dan FTV.
Setelah itu saya kehilangan kisahnya, yang saya tau dia sempat menemukan tambatan hati. Menikah dan menciptkan keluarga bahagia. Anak pertamanya lahir melengkapi kebahagiaan kelarganya. Tapi ternyata banyak prahara muncul sehingga keluarga utuh itu kemudian memutuskan untuk berpidah dua tahun kemudian. Setelah itu Nadia memilih melanjutkan karirnya di ibukota agar dapat membiayai kebutuhan anak semata wayangnya.
Beberapa hari lalu, akibat sosial media akhirnya saya melakukan kontak lagi dengan Nadia. Percakapan singkat dan hangat dua teman lama mengalir. Kami tidak ingin membahas saat-saat yang hilang, hanya memberi kabar masing-masing saat ini.
Yang saya tidak tau ternyata Nadia sudah balik tinggal di salah satu desa di Yogyakarta lagi, kembali ke rumah orang tuanya. Bekerja di kota waktu pagi dan mengurus usaha keluarga di sore sampai malam hari. Keputusan yang mengagetkan menurut saya, mengingat saya tau benar mimpinya dahulu dan apa yang membuat dia kekeuh banget ke Jakarta. Setelah semua ini tiba-tiba dia mundur kembali, rasanya aneh sekali.
"Jakarta akan tetap seperti itu, Mon.. Menyisakan ego, tantangan dan keangkuhan. Tapi Dini (anak tunggalnya) akan semakin membesar dan tidak membutuhkan aku disisinya, sebelum itu terjadi aku mau selalu disampingnya.."
Ya benar, Jakarta atau ambisi kita akan selalu disini. Menjadi besar saat ego dan semangat kita memberi makan dengan peluang dan kesempatan. Tetapi yang utama bukanlah ini, yang akan selalu ada disamping kita itulah yang utama. Dan terima kasih telah memilih pilihan yang tepat. We love you.
Keinginannya cukup besar untuk datang ke Jakarta, menaklukan ibukota menjadi impiannya dari kecil. Dia yakin bisa sukses mencapai mimpinya, karena itu saat ada kesempatan ia memilih meninggalkan masa-masa kuliah dan merantau ke Jakarta. Modeling adalah awal karirnya, yang kemudian merambah MC dan beberapa sinetron dan FTV.
Setelah itu saya kehilangan kisahnya, yang saya tau dia sempat menemukan tambatan hati. Menikah dan menciptkan keluarga bahagia. Anak pertamanya lahir melengkapi kebahagiaan kelarganya. Tapi ternyata banyak prahara muncul sehingga keluarga utuh itu kemudian memutuskan untuk berpidah dua tahun kemudian. Setelah itu Nadia memilih melanjutkan karirnya di ibukota agar dapat membiayai kebutuhan anak semata wayangnya.
Beberapa hari lalu, akibat sosial media akhirnya saya melakukan kontak lagi dengan Nadia. Percakapan singkat dan hangat dua teman lama mengalir. Kami tidak ingin membahas saat-saat yang hilang, hanya memberi kabar masing-masing saat ini.
Yang saya tidak tau ternyata Nadia sudah balik tinggal di salah satu desa di Yogyakarta lagi, kembali ke rumah orang tuanya. Bekerja di kota waktu pagi dan mengurus usaha keluarga di sore sampai malam hari. Keputusan yang mengagetkan menurut saya, mengingat saya tau benar mimpinya dahulu dan apa yang membuat dia kekeuh banget ke Jakarta. Setelah semua ini tiba-tiba dia mundur kembali, rasanya aneh sekali.
"Jakarta akan tetap seperti itu, Mon.. Menyisakan ego, tantangan dan keangkuhan. Tapi Dini (anak tunggalnya) akan semakin membesar dan tidak membutuhkan aku disisinya, sebelum itu terjadi aku mau selalu disampingnya.."
Ya benar, Jakarta atau ambisi kita akan selalu disini. Menjadi besar saat ego dan semangat kita memberi makan dengan peluang dan kesempatan. Tetapi yang utama bukanlah ini, yang akan selalu ada disamping kita itulah yang utama. Dan terima kasih telah memilih pilihan yang tepat. We love you.
Comments
Post a Comment