Memaafkan // Forgiveness // Yurushi 許し

Jika ada pelajaran yang selalu gagal saya pelajarin dari kecil hingga sekarang, pelajaran itu adalah memaafkan. Mata pelajaran ini mengharuskan saya untuk menggambil ujian ulang berkali-kali dalam hidup. Bagi sebagian orang, memaafkan adalah hal yang mudah.. mereka keliatannya diberi kelapangan hati yang cukup besar dan dalam. Mungkin waktu pembagian 'hati-yang-lapang' diriku masih ngantri di stand makanan gratis, jadinya pas udah turun ke bumi remedial mulu.

"Aku memaafkan kamu.." 
adalah kata yang sulit saya ucapkan dengan sungguh-sungguh dahulu. Kenyataannya, kalimat ini lebih berarti "i'm-done-with-you(forever-and-ever)".. Jika sudah berselisih paham atau menghadapi konflik dengan seseorang atau banyak orang, saya cenderung akan memberi batas samar-yang-tegas dengan orang tsb, yang paling mudah adalah menarik diri dengan cara ekstrim. Ini memang bukan berarti saya masih berkonflik dengan orang-orang tsb, hanya ingin segera selesai urusan saja dengan mereka.

Hal yang berbeda dengan minta maaf, saya bisa jadi orang paling pertama yang mengatakan dan mengulang itu berkali-kali. Mungkin karena dasarnya saya bukan orang yang nyaman berhadapan dengan konflik sehingga mau benar atau salah, dianggap apapun.. saya lebih memilih untuk minta maaf dan meng-clear-kan keadaaan.

Tapi akhirnya sering saya berfikir akan ketidakadilan ini, kenapa saya mudah sekali meminta maaf tetapi tidak dengan memaafkan? Saya mudah sekali minta dimaafan tetapi tidak ingin memberi maaf kepada orang lain (atau memilih clear dengan conflict dengan orang lain)???

Sebenarnya memaafkan itu memang bukan perkara mudah, butuh kelapangan dan kekuatan hati untuk dapat melakukan hal ini. Ini juga bukan pelajaran yang biasa diajarkan kepada kita sedari kecil dan hanya sedikit keluarga yang benar-benar mengajarkan kepada anaknya akan esensi dari memaafkan ini. Sehingga memang, menurut saya, tidak semua orang survive dengan pelajaran ini (termasuk saya). Dan jikalau kita sudah pass dalam satu soal belum tentu kita bisa pass dalam soal berikutnya. Butuh konsistensi untuk belajar terus menerus agar dapat terus lulus, hingga nantinya kata memafkan ini berubah menjadi 'pemaaf'.. yang artinya bukan hal yang dilakukan lagi tapi sudah menjadi habbit keseharian seseorang.

Saya menuliskan kembali cerita dari orang bijak mengenai pentingnya memaafkan.

Alkisah seorang guru ingin mengajarkan kepada murid-muridnya mengenai pentingnya dari memaafkan. Tapi daripada dia menjelaskan secara teori, si guru ini lebih memilih untuk memberikan praktek. Sehingga di suatu pagi yang cerah si guru ini menanyakan kepada murid-muridnya..

"Anak-anak, siapa yang pernah (atau punya) orang yang dibenci (atau tidak disukai)???"

Seketika ruangan menjadi gaduh karena setiap anak ingin bercerita, ntah si A menceritakan si B yang iseng menjegal kakinya atau si C yang merasa terganggu dengan si D yang selalu iseng mengganggunya. Setiap anak mulai ricuh dan rusuh saling tunjuk, lalu untuk menenangkan kelas si guru kemudian menepuk tangannya 3 kali, "Oke, oke.. Miss sudah dengar beberapa yang cerita kalian.. Sekarang Miss punya tugas untuk kalian, besok kalian wajib membawa kentang. Kentangnya harus yang belum dimasak yaa.... Berapa banyak kentangnya?? adalah sebanyak jumlah orang yang kalian tidak sukai.... Kenapa? Karena besok kita mau menggambar wajah mereka di kentang-kentang tersebut.."

Ruangan kelaspun menjadi riuh, setiap anak excited untuk kegiatan besok. Dan tibalah keesokan harinya, setiap anak datang membawa kentang ke sekolah. Ada yang membawa dua, tiga, lima, sepuluh bahkan lebih. Semua menunggu kegiatan menggambar yang sudah dijanjikan oleh guru tsb.

Tibalah kegiatan menggambar kentang, setiap anak dipersilahkan untuk menggambar wajah orang yang tidak disukainya dan menuliskan nama orang tsb dibawahnya. Ada yang menulis mama, papa, nama saudaranya, nama teman sekelasnya, tetangganya atau nama-nama lainnya. Setiap anak menggambar dengan riang dan menunjukkan kepada teman sekelasnya satu sama lain.

Sekarang si guru kembali berdiri di depan kelas dan mulai membagikan sebuah kantong plastik kepada setiap anak, "Nah anak-anak, tugas kalian selanjutnya adalah memasukkan kentang-kentang tsb ke dalam kantung plastik. Dan sekarang, kemanapun kalian pergi.. kantung itu harus kalian bawa. Makan harus dibawa, main harus dibawa, belajar harus dibawa bahkan tidurpun harus dibawa... Mengertii???"

"Mengerti, Miss....!!!!", teriak setiap anak serempak.

Tibalah waktu berjalan, satu-dua-hari setiap anak masih terlihat bahagia membawa kantung-kantung tersebut. Mereka masih saling mengingatkan jika temannya lupa membawa. Namun seiring waktu terus berjalan, lima hari-seminggu-dua minggu berlalu.. mereka mulai merasa risih dengan kantung yang dibawa. Ada yang mengeluh berat, karena banyaknya kentang didalam kantung, tapi perjanjian harus tetap dilakukan, mereka masih harus terus membawa kantungnya setiap hari.

Lewat tiga minggu, beberapa kentang mulai mengeluarkan bau busuk. Karena terus diletakkan di dalam kantung dan dibawa kemanapun, kentang-kentang tsb mengalami percepatan pembusukkan. Anak-anak mulai mengeluh dan jijik untuk membawanya kesekolah. Dan setelah melewati masa busuk mulai muncul dibeberapa kantung belatung kecil, mereka mulai menangis melihat belatung tsb dan tidak ingin membawa kantungnya kesekolah. Tapi tentu tidak bisa, karena setiap hari mereka harus memberikan laporan kepada guru dan menunjukkan isi kantungnya (jadi tidak bisa juga menukar kentangnya menjadi baru). Akhirnya semua mulai mengeluh dan menangis di sekolah menunjukkan isi kantungnya.

Akhirnya Guru tersebut menenangkan kelas yang sedih tersebut, "Apakah kalian tau maksud kenapa Miss menyuruh kalian melakukan tugas tersebut???".

Seisi kelas hanya terdiam dan menunduk.

"Miss ingin menunjukkan kepada kalian contoh (atau dampak) dari tidak memaafkan orang lain. Kantung yang kalian bawa itu menggambar hati kalian sedangkan kentang menggambarkan orang-orang yang kalian benci (atau tidak sukai). Saat kalian tidak memaafkan orang lain, sama seperti kentang, orang tersebut kalian bawa setiap hari dalam hati kalian. Makan kalian bawa, mandi kalian bawa, bahkan tidur juga kalian bawa. Awalnya terasa ringan tapi lama-lama mulai terasa berat, bukan???"

Sebagian anak mengangguk pelan, beberapa hanya terdiam atau menundukkan kepala.

"Masalah selanjutnya adalah ketika kalian tidak pernah memaafkan, kentang-kentang yang di dalam kantung itu lama-lama akan membusuk, berbau, bahkan muncul belatung di dalamnya.. sama seperti hati kalian, lama kelamaan akan ada yang membusuk dan berbau di dalam hati jika kalian tidak mau memaafkan orang lain. Dan semakin lama baunya akan semakin menyengat dan belatungnya akan makin banyak, sehingga akan menjadi sampah di dalam hati kita.."

Beberapa murid mulai menangis mendengar penjelasan dari guru tsb, setiap anak mulai mengerti kenapa guru mereka menyuruh mereka membawa kantung tsb setiap saat.

"Mulai saat ini kita harus sepakat untuk bisa memaafkan orang lain, karena saat memaafkan kita melepas kentang-kentang tersebut di hati kita.. Setuju anak-anak???"

"Setuju Miss.....!!!!"
***

(Mohon maaf penggambaran kisahnya adalah kisah anak Sekolah Minggu, karena saya memang Guru Sekolah Minggu.. jadi jangan banyak protes!)

Disaat kita memaafkan sebenarnya kita melepaskan beban di hati kita, kita memutuskan untuk tidak mengangkat beban itu dalam keseharian kita. Beban yang tampa kita sadari bisa membusuk dan merusak hati kita juga.

Masalah kemudian adalah kadang kita bukan tidak memaafkan orang lain, tapi kita tidak bisa memaafkan diri sendiri (Ini saya banget). Kebanyakan dari yang saya alami adalah, saya tidak bisa memaafkan diri sendiri akan konflik dengan orang lain ataupun kegagalan2 yang harus saya hadapi.

Saya memang menghindari menyalahkan orang lain/ keadaan yang terjadi and rather blaming myself for the failure.Kelihatannya sih baik, jadi seperti mengevaluasi diri sendiri. But honestly, it's worse. Saya seperti menusuk diri saya berulang-ulang dengan kata-kata buruk dan pahitnya kenyataan. Saya lebih memilih untuk menyembunyikan diri saya dalam gelap dan kadang tidak tau cara untuk membangkitkan diri lagi. Blaming yourself is the worse because nobody can see what's inside your heart.

"Kasihilah orang lain seperti engkau mengasihi diri sendiri"

Kata itu yang selalu saya ingat setiap saat pikiran saya menjatuhkan mental saya, saya harus mengasihi diri sendiri contohnya dengan memaafkan diri saya. Ya saya salah, Ya saya hampir selalu melakukan kesalahan yang sama berulang kali, Ya saya mungkin gagal berkali-kali.. tapi tidak ada manusia yang seperti saya. Saya diciptakan baik adanya oleh Tuhan dan Tuhan menciptakan saya segambar dengan diri-Nya. Sehingga saya ciptaan yang baik, sempurna dan indah. Tidak boleh saya membenci diri saya sendiri, karena Tuhan sangat sayang pada saya.

Akhir kata, memaafkan (orang lain dan diri sendiri) memang bukan perkara mudah.. But when you past the test, it's good for yourself. Yuk kita mulai memaafkan mulai hari ini.

Comments