Cerita Onti, cinta mula-mula kepada anak-anak
Sejujurnya saya bukan penyuka anak kecil; baby, batita, balita dan sejenisnya. I hate kids.. mereka berteriak sesuka hati, berputar layaknya gasing, tidak pernah diam, tindakannya tak terduga dan banyak hal lain. Anak kecil bisa memecahkan piring dengan tidak merasa bersalah, pipis dan oo (kata halus dari buang air besar) di sembarang tempat, dia bisa menangis dan meraung di segala tempat dan kondisi, melempar mainan tepat di jidat atau melakukan banyak tindakan brutal lainnya. That's why i never like kids.
Disamping itu saya tidak pernah tau bagaimana menghadapi anak-anak. Apakah kita harus banyak tersenyum? Tidak, mereka akan menindas. Apakah kita harus memangku mereka selalu? Tidak, mereka akan berputar dan melepaskan diri. Apakah kita harus memarahi mereka kalau mereka salah?? Seharusnya iya, tapi kenapa rasanya ga tega. Saya ga pernah tau bagaimana memperlakukan mereka.
Tapi kadang dalam hati berfikir bahwa mungkin setiap anak juga pasti ga akan suka dengan saya. Kenapa? Karena dulu saya termasuk orang yang pendiam dan kasar. Ada beberapa anak yang tanpa sengaja saya pukul dengan sangat keras. I tought it was a joke, but they hurt. And it breaks my heart so much, so i hate them.
Jadi saya ga pernah mau mendekat melihat anak kecil, boro-boro mau ngatain lucu, mending jauh2 deh. Baby pertama yang saya pegang adalah Zaky, anak dari teman mama yang saat itu baru berusia berapa bulan (Sekarang udah hampir 15 tahun, time flies huhuhu..). Waktu itu tante Farizky mau sholat dan kami lagi di Samarinda, sedangkan mama mau ke toilet, akhirnya aku yang diminta untuk megang Zaky yang lagi tidur. Dan asal kalian tau, itu 10 menit terpanjang, terlama yang sangat menyiksa.. yang berujung Zaky terbangun dan menangis sejadi-jadinya.
SAYA TRAUMA
Namun semua berubah ketika keponakan pertama saya lahir, Charissa namanya. Saya ingat pertama kali melihatnya saya terdiam, baby ini begitu besar dan imut... Charissa saat itu baru berumur beberapa hari, matanya masih sipit, jari-jarinya begitu kecil, kulitnya masih merah... ah pokonya saat itu saya bingung menjelaskan perasaaan saya. Ada rasa haru, senang, bingung.. semuanya bercampur aduk.
Saat itu saya masih belum berani untuk menyentuh atau menggendong Charissa, yang paling saya lakukan hanya bantuin ganti popok dan nyiapin susu kalau malam. Selebihnya saya hanya pengamat saja. Di malam hari Charissa bisa bangun berkali-kali, berteriak dan menjerit-jerit ntah karena pipis, lapar, pengen digendong atau keinginan lainnya. Saya ga ngerti dan tidur jadi keganggu, tapi ga keinginan tuh untuk marah.. kali ini lebih memaklumi karena dia masih baby.
Setahun kemudian lahirlah James, anak kedua kakak. Kami sekeluarga berkesempatan untuk datang karena pas juga sekeluarga lagi liburan ke Sibolga, tempat tinggal opung. Disitu Charissa sudah mulai besar, bisa diajak berbicara dan bermain sedikit-sedikit. Ka ica adalah gadis manis, sedikit pemalu dan senang jika semua berkumpul sama-sama. Anak ini membuat saya mulai jatuh hati tapi masih belum ingin terlalu dekat.
Suatu waktu saat saya sedang menemani beberapa anak sekolah minggu main tebak kata seorang pendeta yang sangat saya hormati mendekat dan mengatakan saya cocok sebagai Worship Leader Kids. Whatt, tentu saya mengelak... Ga mungkin banget, suara saya sumbang.. kasian yang dengar. Tapi dia dengan sangat baik mengatakan bahwa sebagai WL kids ga perlu suara bagus. HAHAHA.. Agak ngenes sih. Tapi tetap aja saya menolak yang akhirnya ditutup dengan "Kapan-kapan ka mona main yuk ke kids.. Liat gimana Kids.." ... Hmmm...
Kata-kata itu selalu teringat dipikiranku, apalagi saat itu saya lagi bimbang mengenai pelayanan.. apakah saya akan lanjut sebagai team tamborine. Bukan karena saya ga suka tamborine, tapi saya terlalu pemalu dan demam panggung di depan. Apalagi kalau lupa gerakan, rasanya saya pengen duduk dan ga ikut nari lagi... :((
Akhirnya saya berkunjung ke Kids, didorong karena kata-kata ajakan sebelumnya dan keinginan besar ingin tau kegiatannya seperti apa. Saya ingat duduk di belakang dan mengamati bagaimana kakak-kakak mengajar. Dan saya pun jatuh cinta saat itu, jatuh cinta kepada mahluk kecil yang seperti gasing tsb.. jatuh cinta kepada semua tawa riang hingga teriakan sengau.. jatuh cinta kepada semua kepolosan dan trick mereka... Saya jatuh cinta..
Dan ntah bagaimana saya mulai masuk ke dunia anak, melalui Kid's Impact. Saya mulai belajar dan terus belajar saat ini mengenai anak dan dunia anak. Saya mulai menyadari ini salah satu passion saya. Setiap mengenai anak-anak.. secapek dan se-bad mood apapun saya akan selalu ada tenaga dan hari saya akan lebih baik. Dan semenjak masuk ke dunia mereka saya pun berubah menjadi onti dan orang yang disenangi anak-anak. Berubah banget dari yang dulu, wkwkkwk
Saya sadar ini semua karena satu orang, Charissa. Semenjak dia lahir saya tau ada perubahan yang dia buat dalam hidup saya hingga saat ini. Kalau setiap liat kakak ica rasanya saya selalu pengen berterima kasih.. karena dia saya bisa jadi pribadi seperti hari ini :))
Hei kakak ica, onti loves you so much.
Dan Kid's Impact, mudah-mudahan saya akan selalu mengajar disana... cause i love you so much.
p.s: cerita Onti selajutnya akan mengenai pengalaman sebagai onti dan guru pengajar :))
Disamping itu saya tidak pernah tau bagaimana menghadapi anak-anak. Apakah kita harus banyak tersenyum? Tidak, mereka akan menindas. Apakah kita harus memangku mereka selalu? Tidak, mereka akan berputar dan melepaskan diri. Apakah kita harus memarahi mereka kalau mereka salah?? Seharusnya iya, tapi kenapa rasanya ga tega. Saya ga pernah tau bagaimana memperlakukan mereka.
Tapi kadang dalam hati berfikir bahwa mungkin setiap anak juga pasti ga akan suka dengan saya. Kenapa? Karena dulu saya termasuk orang yang pendiam dan kasar. Ada beberapa anak yang tanpa sengaja saya pukul dengan sangat keras. I tought it was a joke, but they hurt. And it breaks my heart so much, so i hate them.
Jadi saya ga pernah mau mendekat melihat anak kecil, boro-boro mau ngatain lucu, mending jauh2 deh. Baby pertama yang saya pegang adalah Zaky, anak dari teman mama yang saat itu baru berusia berapa bulan (Sekarang udah hampir 15 tahun, time flies huhuhu..). Waktu itu tante Farizky mau sholat dan kami lagi di Samarinda, sedangkan mama mau ke toilet, akhirnya aku yang diminta untuk megang Zaky yang lagi tidur. Dan asal kalian tau, itu 10 menit terpanjang, terlama yang sangat menyiksa.. yang berujung Zaky terbangun dan menangis sejadi-jadinya.
SAYA TRAUMA
Namun semua berubah ketika keponakan pertama saya lahir, Charissa namanya. Saya ingat pertama kali melihatnya saya terdiam, baby ini begitu besar dan imut... Charissa saat itu baru berumur beberapa hari, matanya masih sipit, jari-jarinya begitu kecil, kulitnya masih merah... ah pokonya saat itu saya bingung menjelaskan perasaaan saya. Ada rasa haru, senang, bingung.. semuanya bercampur aduk.
Saat itu saya masih belum berani untuk menyentuh atau menggendong Charissa, yang paling saya lakukan hanya bantuin ganti popok dan nyiapin susu kalau malam. Selebihnya saya hanya pengamat saja. Di malam hari Charissa bisa bangun berkali-kali, berteriak dan menjerit-jerit ntah karena pipis, lapar, pengen digendong atau keinginan lainnya. Saya ga ngerti dan tidur jadi keganggu, tapi ga keinginan tuh untuk marah.. kali ini lebih memaklumi karena dia masih baby.
Setahun kemudian lahirlah James, anak kedua kakak. Kami sekeluarga berkesempatan untuk datang karena pas juga sekeluarga lagi liburan ke Sibolga, tempat tinggal opung. Disitu Charissa sudah mulai besar, bisa diajak berbicara dan bermain sedikit-sedikit. Ka ica adalah gadis manis, sedikit pemalu dan senang jika semua berkumpul sama-sama. Anak ini membuat saya mulai jatuh hati tapi masih belum ingin terlalu dekat.
Suatu waktu saat saya sedang menemani beberapa anak sekolah minggu main tebak kata seorang pendeta yang sangat saya hormati mendekat dan mengatakan saya cocok sebagai Worship Leader Kids. Whatt, tentu saya mengelak... Ga mungkin banget, suara saya sumbang.. kasian yang dengar. Tapi dia dengan sangat baik mengatakan bahwa sebagai WL kids ga perlu suara bagus. HAHAHA.. Agak ngenes sih. Tapi tetap aja saya menolak yang akhirnya ditutup dengan "Kapan-kapan ka mona main yuk ke kids.. Liat gimana Kids.." ... Hmmm...
Kata-kata itu selalu teringat dipikiranku, apalagi saat itu saya lagi bimbang mengenai pelayanan.. apakah saya akan lanjut sebagai team tamborine. Bukan karena saya ga suka tamborine, tapi saya terlalu pemalu dan demam panggung di depan. Apalagi kalau lupa gerakan, rasanya saya pengen duduk dan ga ikut nari lagi... :((
Akhirnya saya berkunjung ke Kids, didorong karena kata-kata ajakan sebelumnya dan keinginan besar ingin tau kegiatannya seperti apa. Saya ingat duduk di belakang dan mengamati bagaimana kakak-kakak mengajar. Dan saya pun jatuh cinta saat itu, jatuh cinta kepada mahluk kecil yang seperti gasing tsb.. jatuh cinta kepada semua tawa riang hingga teriakan sengau.. jatuh cinta kepada semua kepolosan dan trick mereka... Saya jatuh cinta..
Dan ntah bagaimana saya mulai masuk ke dunia anak, melalui Kid's Impact. Saya mulai belajar dan terus belajar saat ini mengenai anak dan dunia anak. Saya mulai menyadari ini salah satu passion saya. Setiap mengenai anak-anak.. secapek dan se-bad mood apapun saya akan selalu ada tenaga dan hari saya akan lebih baik. Dan semenjak masuk ke dunia mereka saya pun berubah menjadi onti dan orang yang disenangi anak-anak. Berubah banget dari yang dulu, wkwkkwk
Saya sadar ini semua karena satu orang, Charissa. Semenjak dia lahir saya tau ada perubahan yang dia buat dalam hidup saya hingga saat ini. Kalau setiap liat kakak ica rasanya saya selalu pengen berterima kasih.. karena dia saya bisa jadi pribadi seperti hari ini :))
Hei kakak ica, onti loves you so much.
Dan Kid's Impact, mudah-mudahan saya akan selalu mengajar disana... cause i love you so much.
p.s: cerita Onti selajutnya akan mengenai pengalaman sebagai onti dan guru pengajar :))
Comments
Post a Comment