Penyakit Millennials Muda

Mengingat beberapa waktu kebelakang saat masih berkutat dalam dunia kerja-kerja-dan-kerja, saya sering 'terpukau' dengan etos kerja beberapa anak muda. Ya, para millennials muda yang mungkin masih berusia belasan hingga kepala dua awal, yang masih bersemangat, berseri dan penuh imajinasi.. dan kebebasan. Sebenarnya, adalah sangat baik mereka ini sudah belajar dunia kerja di usia dini. Pada masa itu saya masih seorang mahasiswa kupu-kupu (kuliah, pulang, kuliah pulang). Dengan bekerja kita belajar untuk bersosialisasi, mengembangkan diri, menghargai setiap peser uang, membagi waktu, menyesuaikan kerja dengan orang lain, belajar tentang banyak hal yang dialami orang lain. Pengalaman saya menyimpulkan, anak-anak yang sudah bekerja dari usia muda memiliki pandangan dan pengalaman yang jauh lebih luas dibandingkan dengan mereka yang kuliah dan bermain. Dan saat nanti mereka lulus dan masuk lagi di dunia kerja sebagai lulusan sarjana, nilai yang mereka punya di masyarakat lebih meningkat dibandingkan mereka yang bertitle dengan IPK tinggi. 

Sungguh, saya tidak masalah dengan anak (sangat) muda yang sudah bekerja. Menurut saya itu bagus dan banyak manfaatnya. Tetapi ada beberapa penyakit yang dibawa oleh para millennials ini, cukup bikin sakit kepala sih dan gedeg! Dan saya rasa bukan hanya saya yang merasakan dan melihat perilaku seperti ini.

Ingin dipuji - haus pengakuan telah melakukan segalanya, hasil kerja standar. Para millennials ini senang memikirkan bahwa saya sudah melakukan yang terbaik padahal orang lain juga dapat melakukan hal seperti itu. Jika berkumpul dengan sesama atau rekan kerja mereka akan cenderung bercerita bahwa saya sudah melakukan ini-itu-ini-dan-itu, saya lebih baik daripada rekan, orang lain bahkan bos saya, saya bisa melakukan pekerjaan yang kaya gitu saja dll. Mereka sering berfikir bahwa mereka lebih daripada orang lain DAN untuk hasil kerja seperti itu mereka layak untuk mendapat pujian, pengkuan dan yang terbaik.

Selingan :
Saya jadi teringat beberapa waktu lalu saya pengen nendang team yang melakukan hal yang seperti itu. OHH DIBERKATILAH DENGAN KESABARAN PARA MANAGER ATAU JAJARAN ATAS YANG PUNYA ANAK BUAH SEPERTI ITU. :D

Ok, kita lanjutkan. Para Millennials ini biasanya juga anti ditegur, dikritik ataupun dinasehati. Mereka merasa paling benar dan tau semua hal, bahkan pekerjaan atasan mereka juga bisa dikuasai. Tidak ada di dunia pekerjaan itu yang tidak dia tau, kalian semua yang sok-tau. Jika menerima kritikan kebanyakan akan terjadi dua hal: sakit hati atau rapuh yang menjadi hancur. Dan dua-dua ini adalah penyakit kronis dalam team kantor yang menjadikan etos kerja semakin menurun dan hasil kerja acak kadut.

Labil. Pernah punya rekan kerja labil? team labil? Gimana rasanya??

Bekerja semaunya sendiri, etos kerja rendah. Datang semaunya, pegang hp, kerjaan mendekati deadline, geraknya lambat, mudah mengeluh - Siapa yang sering melihat keadaan seperti ini? Semalas-malasnya para dedengkot tua, mereka punya tujuan kenapa tetap bekerja sehingga tanggung jawab akan pekerjaan standarnya akan dilakukan segera. 

Rasa cinta akan pekerjaannya rendah. Gimana rasanya kalau kita ga cinta sama seseorang tapi harus jadian sama orang itu, nah sekarang ganti orang dengan pekerjaan. Kira-kira kalau kita udah ga cinta apa yang akan kita hasilkan di pekerjaan itu setiap harinya? 

Nah, penyakit bawaan ini sebenarnya jika tidak dibuang akan menjadi akar busuk bagi masa depan millennials itu sendiri. Kita bayangkan saja jika pemikiran ini terus dibawa terus menerus, tidak akan ada perusahaan yang memuaskan pemikirannya. Tidak akan ada pencapaian maksimal yang bisa dia hasilkan dalam pekerjaannya. Padahal di umur-umur itu, manusia sangat produktif dan kuat, mereka bisa menghasilkan jauh lebih banyak daripada generasi tahun 70 - 80 an. Apalagi ditunjang dengan kemajuan tekhnologi, mereka jauh akan lebih berkreasi dan sukses di usia mudanya. Yah, seandainya pemikiran ini mau mereka cermati dan pahami tidak mementingkan ego dan kemauannya sendiri.

Duh, adek-adek ini.. Kakak ga paham dengan pola pikirmu.

Comments