Cerita hari itu..
Pengalaman ini baru terjadi beberapa hari lalu, ketika dalam
perjalanan pulang dari stasiun Bekasi.
Jadi ceritanya kereta balik yang cukup padat membuat saya dan
teman memutuskan untuk turun di stasiun persinggahan dan melanjutkan perjalanan menggunakan ojek
online. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya kami mendapatkan ojek
masing-masing dan berpisah di stasiun tsb. Dan karena hari itu saya harus pergi
ke daerah Puri jadi terpaksa saya harus melewati daerah yang cukup macet dan
penuh dengan truk Tranformers (nama daerahnya lupa.. wkwkwkkw Poko jalan lurus dari Season city ke arah Grogol).
Karena keadaan macet, tukang ojek menanyakan mau lewat jalan pintas atau engga. Karena saya lagi buru-buru ya saya iyain aja walaupun ga tau lewat mana. Kemudian dia memutar balik kendaraan dan melewati jalan di bawah
flyover yang menuju arah samping tol. Ini adalah perjalanan pertama saya
melewati jalan tsb dan saya ga akan pernah mau melewatinnya untuk kedua kali.
Jadi jalan samping tol ini bukan seperti samping tol kebon
jeruk, saya bahkan masih ga ngeh itu tol apa. Sempitnya jalan sama (dengan samping tol Kebun Jeruk) tapi bedanya di samping tol masih ada kebun pendek dan
dibatasi dengan pagar setinggi pinggang orang dewasa. Di sisi jalan yang lain
terdapat pagar pendek lagi yang memisahkan dengan selokan besar atau kali.
Jalan yang kami lewatin memang hanya lurus dengan kondisi jalan yang rata tapi
diakhir perjalanan rusak karena hancur semennya.
Selama perjalanan melewati jalan itu ga
ada satu pun penerangan, serius GA ADA. Satu-satunya penerangan hanyalah lampu remang di warung-warung
kecil yang bertengger di samping pagar dekat kebun samping tol. Saat itu ojek
yang saya kendarain melaju kencang, tapi slama perjalanan saya masih sempat memantau kondisi
kiri kanan (dan tentunya terus berdoa supaya tetap aman). Bahkan di otak saya ngebuat rencana kalau tiba2 ni
ojek berhenti atau ada yang nyegat, saya mau lompat turun dari motor dan terjun ke
kali. Wkwkkwkwkwk.. SERIUSS, SAYA TAKUT BANGET.
Di waktu memperhatikan kiri dan kanan di perjalanan itu,
saya mendapatin ada beberapa wanita yang duduk dan berdiri dengan pakaian minim di sekitaran warung.
Ada juga pasangan yang sedang duduk diatas motor dan wanita yang sudah berumur
yang sedang digoda seorang laki-laki dengan memainkan tangannya didagu wanita
tsb. Saya agak heran dengan pemandangan ini tapi ga terlintas apa-apa di benak
saya mengenai keadaan itu. Poko saya
terus berdoa dan menunggu tanda-tanda menuju jalan besar.
Kemudian doa saya terjawab, jalan besar terlihat dan terjawab
sudah daerah apa itu ketika saya melihat tulisan ‘Kalijodo’. Jujur saat itu
saya cukup kaget dan langsung sedikit nangis. Jujur saya sedih melihat tempat itu. Tempat yang hanya seperti itu aja sudah membuat saya miris, dan kemudian jadi mikir.. Gimana ya bentuknya lokasi itu sebelum Pak Ahok menertibkan dan mengubah Kalijodo??
Beberapa saat lalu saya masih ingat pernah membaca
artikel Kompas mengenai pembongkaran Kalijodo. Kompas memperlihatkan lokasi pembongkaran tsb dari jarak jauh dan dekat. Mereka bahkan memfoto kamar dimana psk
melayani lelaki hidung belang. Kamar itu ada yang berukuran 3 x 2 dimana ada 2 psk disana, berbagi tempat tidur yang beralaskan kasur tipis dan dikamar itu langsung disertai kamar mandi yang tidak dibatasi apapun. MENGERIKAN, MENGERIKAN, MENGERIKAN!!! Kalian bisa bayangin setiap hari mereka hidup disana, digoda disana, diperah oleh mucikari disana dan tempat itu juga mereka harus membesarkan anak-anaknya. GILA!
Kalau ada orang yang ga kasian melihat orang-orang itu, orang itu pasti germo/ mucikari, pelanggan, atau orang2 yang hatinya sudah busuk atau kotor. Saya hanya melihat sedikit saja udah ga tahan, apalagi pak Ahok yang dahulu seperti “bapak”
kota Jakarta. Pasti dia lebih merasakan lebih miris dan sedih daripada saya.
Dan sekarang, dengan perubahan baik yang sudah dirasakan
oleh banyak orang masih ada segelintir orang mengerikan yang mengangkat hal ini
menjadi kasus kemanusiaan. Mereka menyoroti wanita dan anak2 yang tinggal di
Kalijodo kehilangan tempat tinggal dan bermain, lalu menyiarkan lewat sosial media dan menyasar orang-orang di daerah yang tidak mengetahui detail keadaan di Jakarta. SAMPAH!
Shame on you, manusia sampah! Manusia yang dirantai dengan
uang dan keuntungan diri sendiri. Manusia yang bahkan saya anggap ga pantas
untuk hidup lagi. Gilaa, segitu butuhnya lo sama uang. Kalo lo butuh uang, jual
diri aja lo sana! Jual keluarga lo, anak lo atau siapapun dalam rumah lo.. Jangan
orang lain. Memainkan kata kemanusiaan untuk mencapai keuntungan pribadi.
Semenjak hari itu, saya mulai unfollow berapa akun gossip di
Instagram. Saya milih untuk ga usah membaca berita mereka, orang-orang yang
suka mengangkat isu tentang hal tsb. Mereka pasti tidak kehilangan saya sebagai
followernya, saya juga tidak kehilangan kewarasan dan akal sehat saya. Saya
mulai berfikir mereka juga salah satu bagian Saracen tapi bagian halus.
Mungkin, mungkin juga tidak.
Tiba-tiba saya jadi kangen Pak Ahok. Ah bapakku, bagaimana Jakarta bulan Oktober ini tanpamu.
Comments
Post a Comment