Lingkar dilema dalam mengenal pasangan

Karena ngebaca blog Mba Inaya (http://inayarakhmani.blogspot.com/2010/04/piramida-cari-jodoh.html), saya jadi ingat percakapan singkat dengan teman dan mantan beberapa waktu yang lampau :p.

Pertanyaan pertama yang saya ingat adalah,"Jika kamu bisa memilih, kamu mau pasangan yang satu selera dengan kamu atau yang beda?". Pertanyaan tsb dilontarkan oleh mantan saya disela-sela PDKT, dan saya dengan santai menjawab TENTUNYA BERBEDA. Karena, kalau sama akan sangat membosankan dan manusia diciptakan untuk saling melengkapi. Jadi harus beda, hehe...
Dan akhirnya jadianlah kami, dua orang yang berbeda dunia. Namun dari perbedaan tsb saya juga sempat loh mulai berfikir betapa menyenangkannya jika berpacaran dengan orang yang sama dunianya. Kenapa? karena saya jadi ga perlu merasakan 'culture-shock' atau penyesuaian karena perbedaan.
Tapi makin berjalan lama dan makin dijalanin ternyata semua itu makin menyenangkan, kami belajar saling mengenal, penyesuaian dan toleransi. Dan tanpa disadari saya makin mirip dia sedangkan dia makin mengenal saya.

Mungkin ditahap ini orang merasa sudah ditahap pasangan yang cocok, kadang merasa mereka sudah seirama. Teman saya juga tidak sedikit yang menganggap hal itu sudah cukup dalam suatu hubungan dan pernikahan. Padahal menurut saya ada beberapa hal lagi yang dibutuhkan sebelum saya sendiri meyakini bahwa saya pasangan yang serasi atau tepat dengan pasangan saya.

Hal kedua adalah sifat bawaan kita dari kecil, budaya apa yang kita anut dsb. Kadang ini bukan hal yang penting, YA! Saya juga menganggap ini bukan hal yang penting.Tapi ternyata susah sekali menyesuaikan jika kita memiliki kebiasaan yang berbeda dari rumah maupun budaya. Tapi sekali lagi, hal ini masih bisa diselesaikan dengan pengenalan, penyesuaian dan toleransi tanpa batas. Kan memang dibilang, married-life is a never ending story. Akan ada aja hal baru dalam suatu pernikahan yang membuat kita tercengang-karena-baru-tau atau belajar lagi hal baru. :D

Tapi hal yang paling penting dalam pernikahan adalah 'The way we view life, life values'. Sungguh, kalimat ini kalau bisa saya kasih bold, distabiloin trs dikasih gliter kiri kanan biar makin ingat.. Karena saya memang setuju banget.
Saya ga mau ngebahas dalam lingkup agama karena bisa panjang penjelasannya tapi how we view the life.. itu hal kecil yang sangat mempengaruhi dan bikin gedeg banget. Kadang dalam suatu hubungan pembicaraan ini malah kita anggap remeh, atau kita pikir 'Nanti kalau sudah menikah juga bakal berubah atau bisa disesuaikan.' Dan eits, ternyata kita salah.. hal yang sudah menjadi prinsip kita ga bisa diubah semudah dua hal diatas.

Saya ingat banget bagaimana saya pernah membahas kehidupan rumah tangga dengan mantan yang berakhir dengan pertanyaan 'Ko begitu' di kepala saya. Saat kami bahas di lain waktu ternyata hal tsb tidak bisa membuat saya makin paham tapi makin ingin mempertahankan keyakinan dan keinginan saya. Lalu kami mencoba membahas lagi di lain waktu, yang terjadi adalah pemikiran saya makin liar dan yakin bahwa 'saya tidak akan bisa menikah jika begini ceritanya'.

See, ternyata ini yang membuat kenapa saat orang tua kita dulu menikah atau orang2 yang memilih untuk taa'ruf dapat mempertahankan rumah tangganya dibandingkan dengan kebanyakan pasangan sekarang. Mereka kebanyakan tidak mengerti apa yang menjadi landasan mereka dalam pernikahan, hanya pada lingkar awalnya saja bahwa kita sama. Menjadi sama dengan pasangan bukan hal yang salah tapi jika kita lupa akan hal lingkar dalam yang terpenting tentunya akan menderita jika menjalani dengan orang yang membuat kita tersenyum di luar tetapi penuh pemikiran di dalam.

Mudah-mudahan dengan memahami konsep ini akan banyak pasangan yang terbantu dan lebih memahami, apa yang mereka mau dan tidak. Selamat berfikir! :)

Comments