Satu lagi alasan bagi saya untuk kecewa dengan kinerja kepolisian.

Kamis, 14 Februari 2013. 19.30
Di dalam kopaja 640 rute pasar minggu - tanah abang, seorang teman (wanita) masuk untuk pulang. Kopaja memang dalam keadaan sepi, hanya ada satu wanita yang sedang duduk di salah satu bangku.

Mendekati BI, masuklah empat orang pria.. dua dari pintu depan dan dua dari pintu belakang. Satu orang pria duduk di dekat wanita yang sudah duduk sebelumnya. Teman saya ingin segera turun karena sudah mendekati rumahnya dan suasana menurutnya menjadi tidak menyenangkan. Ketika dia jalan menuju pintu depan dua orang pria berdiri menghadang dan seorang lagi berdiri di belakang dan memegang tas dan tangannya. Dia hanya bisa terdiam, lemas.

"Sudah, ga usah teriak yah..", ujar seorang pria sambil menyilet tas

Teman saya hanya terdiam lemas sambil menahan tangis, supir kopaja tidak berbuat apa-apa, hanya berjalan dengan keadaan lambat. Dan wanita yang duduk tadi? Ia sudah tidak tau, dia hanya bisa melihat satu dari antara empat orang tersebut sudah duduk di sebelah wanita tersebut.

Setelah selesai mengambil iphone, bb, tablet, dompet dsb.. dua orang pria mengantarkannya ke pintu depan dan memberi aba-aba kepada supir untuk melambat dan membiarkan teman saya turun. Setelah turun hanya satu yang ada di pikirannya, bagaimana nasib wanita itu?

Saat itu kebetulan melintas seorang polisi mengendarai mobil dinas polisi, teman saya dengan sigap menyetop dan meminta bantuan. Yang dipikirannya hanya bagaimana keslamatan wanita di dalam kopaja tsb, teman saya meminta polisi tersebut untuk setidaknya mengejar dan menyelamatkan wanita satu lagi.

Tapi yang sangat disayangkan polisi tadi menolak, memang bukan penolakan secara kurang ajar atau pengacuhan, bukan. Tapi penolakan rasional dimana empat akan berhadapan dengan satu orang. Dimana polisi tadi berkata bahwa hal tersebut taruhannya nyawa sehingga dia tidak bisa berbuat banyak. Yang bisa ia lakukan saat itu hanya meminjamkan handphonenya kepada teman saya untuk menelfon keluarga ataupun memblokir kartu-kartu yang sudah dirampas.

Rasa miris dan kecewa memenuhi pikiran dan perasaan saya ketika mendengar cerita tadi. Saya memang tidak mau menunjuk untuk menyalahkan keputusan polisi tsb, tapi ntah kepada siapa lagi kita sebagai warga sipil meminta pertolongan jika berada di posisi seperti tadi. Apa memang semua orang harus diperlengkapi dengan senjata api dan bela diri untuk menjaga dirinya masing-masing?? Lalu, jika memang harus seperti itu.. apa gunanya berjuta orang berseragam gagah dan bertopi itu? Bukannya disana tempat kami warga sipil setidaknya mendapat penjagaan dan perlindungan??

Saya sungguh sangat kecewa.

Comments