Cerita pagi ini sebuah curhatan hati
Memoriku kembali mengenang masa lalu dimana angan-angan berlari pada kalimat, "andai aku sudah dewasa...".. sungguh, jika kembali diingat, ini merupakan doa yang lucu yang pada kenyataanya tidak ingin kuucapkan kembali.
Ternyata.. menjadi dewasa bukan hanya mengenai kebebasan atau kemandirian. Bukan itu Mona! Yang paling besar saat menjadi dewasa ternyata mengenai sebuah tanggung jawab. Aku ulangi dengan huruf besar dan di bold, TANGGUNG JAWAB. Yeah, it's all about responsibility...
Dua kata yang singkat ini ternyata bagi orang dewasa termasuk kata sangat disukai tetapi juga dihindari. Mengapa bisa disukai sekaligus dihindari?? Semua tergantung apa yang kita lakukan dan konsekuensi apa yang didapat. Konsekuensi yang berimbas kepada kepada diri sendiri dan berakhir pada orang-orang sekitar yang kita sayangi.
Saat memilih untuk keluar dari rumah dan memulai menjadi perantau, disitulah awal (menurutku) kedewasaanku. Hidup sendiri, bebas dari radar orang tua, bebas dari kekangan rumah dan segalanya. Bebas! This is the beginning of my life.
Tapi ternyata tidak semudah itu, saat aku melangkah keluar aku menukar kebebasanku dengan tanggung jawab pada keluarga. Saat aku berbuat macam-macam dampak "malu" bukan hanya melekat padaku tetapi juga keluargaku. Jadi semuanya harus dipikirkan masak-masak (maunya :p) kata mamaku.."Jangan buat mama malu melahirkanmu.." HUAHAHAHAHA!
Setelah sedikit lebih dewasa aku menyadari hal baru bahwa semua hal yang kupikir untuk keluargaku itu ternyata tidak smua benar. Ternyata itu semua untuk kebaikan diriku sendiri loh (loh, ko bisa.. nyambungnya dimana). Begini, setelah aku membatasi dan menfilter pergaulanku (yang awalnya aku pikir karena dilarang orang tuaku dan kakak2) ternyata mendidik aku menjadi anak yang tidak macam-macam. Bukan bermaksud menegatifkan anak yang berpergaulan bebas tetapi jika mengaca pada sifat alamiahku (yang lagi-lagi baru kusadari sekarang) ... saat aku membiarkan diriku lepas pasti aku sudah hanyut dalam pergaulan yang tidak bisa kusaring tsb. Mungkin aku sudah ngedrugs, udah hamil di luar nikah, udah jadi penari di klub atau jadi model untuk majalah pria. HAHAHAHAA!
Ternyata sifatku yang suka mencoba hal baru dan tidak bisa menolak ajakan teman akan menjadi penjegal kakiku sendiri, jika dari awal aku tidak membatasinya (untungnya aku sudah dibatasi dan membatasinya). Sehingga produkku saat dewasa ini adalah aku terdidik untuk menjadi anak yang mandiri, tidak "macam-macam", tegas dan lain-lain (nda usah muji diri sendiri yah :D ).
Kedua saat memilih pekerjaan - menafkahi diriku sendiri. Harus diakui aku masih belum bisa memenuhi kebutuhanku 100%, kadang masih meminta belas kasihan dari kakakku. Tapi aku bangga pada diriku untuk tidak meminta asupan dari kedua orang tuaku. Susah sih kadang-kadang, apalagi penyangkalan diri yang berat saat ada barang bagus-indah-dan keliatan perlu-dan cantik dibadan yang harus dilepas demi esok hari tetap bisa membeli sayur dan lauk. DAMN! Ternyata mencari uang iru susah! Kampretooo..
Tapi hebatnya dalam keadaan susah tersebut aku masih bisa memutar otak untuk berhemat dan tidak mengeluh untuk apa yang kuhadapi. Salut! (Minta tepuk tangan dong.. :p )
Aku melatih diriku untuk bertahan dan menyangkal diri, tidak melihat ke kanan dan kiri (walaupun masih kadang-kadang komandan!), dan tidak membiasakan diri hidup mewah.
Walaupun memang tidak dimanjakan dengan kekayaan oleh orang tua juga sih dari dulu, tetapi tidak juga jadi pengen bersifat kaya walaupun ada kesempatan.
Dalam hubungan apalagi, aku belajar uang bisa menjadi pengaruh yang buruk dalam sebuah hubungan. Siapa coba yang ga mau pacar tajir (hayooo, siapa???), siapa yang ga mau dibelikan ini itu, dibayarin itu ini dan ga usah berussah payah untuk ini, itu, ini.
Tetapi engga ko buat aku.. aku harus bayar ayoo! kamu yang bayar terima kasih :)
Asal jangan cowo matre atau hidup di bawah ketiak wanitanya. Kalo kaya gitu.. KE LAUT AJA LOO! :D
Dan kemudian saat menjadi dewasa dan berumur matang (menikah maksudnya), kembali dihadapkan pada tanggung jawab akan pernikahan dan bersatunya dua keluarga. Yang dimana hal ini tidak pernah terfikirkan olehku dahulu, beneran ga kepikiran.. beneraannn..
Dulu kupikir yang penting dua orang yang saling mencintai, that's it.. that's enough.
Tapi ternyata tidak semudah itu. Ada yang namanya keluarga, agama, adat sitiadat, kebiasaan dari kecil, pergaulan dan banyak hal yang ternyata mempengaruhi bersatunya dua manusia. Ada banyak perbedaan yang awalnya tidak apa-apa menjadi masalah. Ada yang namanya masa lalu. ketidaksetiaan, kejenuhan, dan banyak hal lainnya. Too complicated, i dont know what kind of reason why other couple still want to legal their relationship unto married. Terlalu rumit ternyata.
Sepemikiranku dahulu saat kedua orang saling mencintai otomatis kedua keluarga akan saling mencintai juga. Tidak ada masalah, tidak ada perkara lagi. Kemudian mereka menjalin kasih dalam jangka waktu tertentu.. bertengkar sesekali tetapi saling mencintai kembali. Memperbaiki semuanya dan kemudian menuju ke pelaminan. Hidup berkeluarga, punya anak dan bahagia selamanya.
Masalah mereka kemungkinan hanya mengenai uang atau kerepotan mengurus anak. Ternyata NO, NO, NO.. terlalu banyak masalah, ternyata banyak yang harus disatukan, ternyata perbedaan itu tak seindah di film-filmdi bioskop.
Mungkin aku terlalu naif, sudah banyak orang yang bilang begitu. Banyak yang meminta aku untuk sadar dan bangun dari keadaan yang ada. Yah, aku harus bangun dan berbenah. Usiaku sudah dua puluh lima, usia yang terlalu tua untuk terus berfikir naif dan sederhana.
Tidak bisa berharap semua terkabul, tidak bisa berharap semua terkabul oleh kantong ajaib, tidak bisa semua diinginin.. Yah tidak semua.
Menjadi dewasa adalah tentang tanggung jawab. Menjadi dewasa adalah menyadari akan semua hal tanggung jawab di depan dan belakang. Menjadi dewasa adalah menghadapi semuanya.
Huft...
Tapi tetap dalam hati ini terselip.. seandainya bisa memilih, aku tak mau menjadi dewasa.
Ternyata.. menjadi dewasa bukan hanya mengenai kebebasan atau kemandirian. Bukan itu Mona! Yang paling besar saat menjadi dewasa ternyata mengenai sebuah tanggung jawab. Aku ulangi dengan huruf besar dan di bold, TANGGUNG JAWAB. Yeah, it's all about responsibility...
Dua kata yang singkat ini ternyata bagi orang dewasa termasuk kata sangat disukai tetapi juga dihindari. Mengapa bisa disukai sekaligus dihindari?? Semua tergantung apa yang kita lakukan dan konsekuensi apa yang didapat. Konsekuensi yang berimbas kepada kepada diri sendiri dan berakhir pada orang-orang sekitar yang kita sayangi.
Saat memilih untuk keluar dari rumah dan memulai menjadi perantau, disitulah awal (menurutku) kedewasaanku. Hidup sendiri, bebas dari radar orang tua, bebas dari kekangan rumah dan segalanya. Bebas! This is the beginning of my life.
Tapi ternyata tidak semudah itu, saat aku melangkah keluar aku menukar kebebasanku dengan tanggung jawab pada keluarga. Saat aku berbuat macam-macam dampak "malu" bukan hanya melekat padaku tetapi juga keluargaku. Jadi semuanya harus dipikirkan masak-masak (maunya :p) kata mamaku.."Jangan buat mama malu melahirkanmu.." HUAHAHAHAHA!
Setelah sedikit lebih dewasa aku menyadari hal baru bahwa semua hal yang kupikir untuk keluargaku itu ternyata tidak smua benar. Ternyata itu semua untuk kebaikan diriku sendiri loh (loh, ko bisa.. nyambungnya dimana). Begini, setelah aku membatasi dan menfilter pergaulanku (yang awalnya aku pikir karena dilarang orang tuaku dan kakak2) ternyata mendidik aku menjadi anak yang tidak macam-macam. Bukan bermaksud menegatifkan anak yang berpergaulan bebas tetapi jika mengaca pada sifat alamiahku (yang lagi-lagi baru kusadari sekarang) ... saat aku membiarkan diriku lepas pasti aku sudah hanyut dalam pergaulan yang tidak bisa kusaring tsb. Mungkin aku sudah ngedrugs, udah hamil di luar nikah, udah jadi penari di klub atau jadi model untuk majalah pria. HAHAHAHAA!
Ternyata sifatku yang suka mencoba hal baru dan tidak bisa menolak ajakan teman akan menjadi penjegal kakiku sendiri, jika dari awal aku tidak membatasinya (untungnya aku sudah dibatasi dan membatasinya). Sehingga produkku saat dewasa ini adalah aku terdidik untuk menjadi anak yang mandiri, tidak "macam-macam", tegas dan lain-lain (nda usah muji diri sendiri yah :D ).
Kedua saat memilih pekerjaan - menafkahi diriku sendiri. Harus diakui aku masih belum bisa memenuhi kebutuhanku 100%, kadang masih meminta belas kasihan dari kakakku. Tapi aku bangga pada diriku untuk tidak meminta asupan dari kedua orang tuaku. Susah sih kadang-kadang, apalagi penyangkalan diri yang berat saat ada barang bagus-indah-dan keliatan perlu-dan cantik dibadan yang harus dilepas demi esok hari tetap bisa membeli sayur dan lauk. DAMN! Ternyata mencari uang iru susah! Kampretooo..
Tapi hebatnya dalam keadaan susah tersebut aku masih bisa memutar otak untuk berhemat dan tidak mengeluh untuk apa yang kuhadapi. Salut! (Minta tepuk tangan dong.. :p )
Aku melatih diriku untuk bertahan dan menyangkal diri, tidak melihat ke kanan dan kiri (walaupun masih kadang-kadang komandan!), dan tidak membiasakan diri hidup mewah.
Walaupun memang tidak dimanjakan dengan kekayaan oleh orang tua juga sih dari dulu, tetapi tidak juga jadi pengen bersifat kaya walaupun ada kesempatan.
Dalam hubungan apalagi, aku belajar uang bisa menjadi pengaruh yang buruk dalam sebuah hubungan. Siapa coba yang ga mau pacar tajir (hayooo, siapa???), siapa yang ga mau dibelikan ini itu, dibayarin itu ini dan ga usah berussah payah untuk ini, itu, ini.
Tetapi engga ko buat aku.. aku harus bayar ayoo! kamu yang bayar terima kasih :)
Asal jangan cowo matre atau hidup di bawah ketiak wanitanya. Kalo kaya gitu.. KE LAUT AJA LOO! :D
Dan kemudian saat menjadi dewasa dan berumur matang (menikah maksudnya), kembali dihadapkan pada tanggung jawab akan pernikahan dan bersatunya dua keluarga. Yang dimana hal ini tidak pernah terfikirkan olehku dahulu, beneran ga kepikiran.. beneraannn..
Dulu kupikir yang penting dua orang yang saling mencintai, that's it.. that's enough.
Tapi ternyata tidak semudah itu. Ada yang namanya keluarga, agama, adat sitiadat, kebiasaan dari kecil, pergaulan dan banyak hal yang ternyata mempengaruhi bersatunya dua manusia. Ada banyak perbedaan yang awalnya tidak apa-apa menjadi masalah. Ada yang namanya masa lalu. ketidaksetiaan, kejenuhan, dan banyak hal lainnya. Too complicated, i dont know what kind of reason why other couple still want to legal their relationship unto married. Terlalu rumit ternyata.
Sepemikiranku dahulu saat kedua orang saling mencintai otomatis kedua keluarga akan saling mencintai juga. Tidak ada masalah, tidak ada perkara lagi. Kemudian mereka menjalin kasih dalam jangka waktu tertentu.. bertengkar sesekali tetapi saling mencintai kembali. Memperbaiki semuanya dan kemudian menuju ke pelaminan. Hidup berkeluarga, punya anak dan bahagia selamanya.
Masalah mereka kemungkinan hanya mengenai uang atau kerepotan mengurus anak. Ternyata NO, NO, NO.. terlalu banyak masalah, ternyata banyak yang harus disatukan, ternyata perbedaan itu tak seindah di film-filmdi bioskop.
Mungkin aku terlalu naif, sudah banyak orang yang bilang begitu. Banyak yang meminta aku untuk sadar dan bangun dari keadaan yang ada. Yah, aku harus bangun dan berbenah. Usiaku sudah dua puluh lima, usia yang terlalu tua untuk terus berfikir naif dan sederhana.
"Aku ingin begini, aku ingin begitu.. ingin ini ingin itu banyak sekali..
semua, semua, semua.. dapat dikabulkan.. dapat dikabulkan dengan kantong ajaib.."
Tidak bisa berharap semua terkabul, tidak bisa berharap semua terkabul oleh kantong ajaib, tidak bisa semua diinginin.. Yah tidak semua.
Menjadi dewasa adalah tentang tanggung jawab. Menjadi dewasa adalah menyadari akan semua hal tanggung jawab di depan dan belakang. Menjadi dewasa adalah menghadapi semuanya.
Huft...
Tapi tetap dalam hati ini terselip.. seandainya bisa memilih, aku tak mau menjadi dewasa.
Comments
Post a Comment